Wednesday, 1 June 2011

Perkara Lakang Urusan Gampang

Ini kejadian hari kemaren. Mau posting malamnya cuma speedy dirumah saya tiba-tiba minta dihajar, jadilah baru hari ini nulis. Di warnet, karena si speedy malam ini minta dibom.

Pagi itu saya dibangunkan dengan brutal oleh ibu saya, setelah malamnya saya begadang mengerjakan desain sampai subuh. Tiba-tiba saja pintu kamar saya digedor-gedor dengan keras, layaknya hantaman 5 battering ram dan 20 onager. Oke, saya bangun dengan mood yang sangat buruk. mengerikan rasanya.

Setelah mandi kilat, saya berangkat untuk mengeprint kerjaan yang saya garap semalam. Kelar ngeprint, saya mampir ke sebuah rumah makan. Ya jelas untuk makan, nggak mungkin untuk ikut pelatihan jihad dan perakitan bom. oke jayus, lanjut. Tempatnya di dekat kampus sanata dharma, masuk gang yang pastinya nggak muat buat Rikishi. tempatnya kecil, mirip warung burjo. Saya pertama kali makan disini sama Ijah, dan tempat ini langsung jadi favorit saya. Bukan karena rasanya yang super enak sampai bisa bikin pak Bondan bilang maknyuss 7x dan rela nelen bokernya lagi kayak di sukatoro. bukan. Bukan juga karena hidangannya super eksotis nan unik, macam rempeyek cicak atau otak monyet saus vla coklat atau sop usus paus bongkok, bukan juga. Alasannya cuma satu, murah. Siapa yang nggak kepincut, makan prasmanan ayam goreng+tempe+bakso+nasi &  sayur ambil sesukanya+es teh cuma seharga 7 ribu rupiah. Benar-benar teman dikala kere melanda dompet. Entah kalo ayamnya tiren, yang penting saya nggak tau. Kadang ketidaktahuan adalah berkah hahaha

Setelah selesai makan, saya duduk diam menghadap tembok. Sambil menunggu makanan di lambung turun ke usus, saya mendengarkan pembicaraan 4 orang cowok kuliahan yang duduk di belakan saya. Bukannya saya nguping, tapi mereka yang ngobrol kayak Bung Tomo lagi orasi sambil masturbasi. Ributnya bukan kepalang. Dari pembicaraan yang saya dengar, mereka sedang ngomongin cewek. Bukan cuma obrolan cewek ala jomblo, tapi obrolan seputar lakang (selangkangan) cewek. Maaf kalo tulisan saya nanti jadi disturbing buat para cewek.

Jadi para cowok-cowok ini mengobrol tentang berbagai hal, mulai dari petualangan mereka di sarkem. Gang-gang tempat mangkal PSK yang tua, yang muda, yang mabuk. Yang muda dan cantik jalannya belok kiri, kalo ga salah. Berlanjut ke cerita salah satu teman mereka yang pertama kali nyoba kentha dan ketagihan. Lalu cerita mereka membandingkan rasanya cewek kuliahan dan anak SMA. Kemudian cerita mereka membuat ramuan ajaib dari minuman X + permen Y = obat pembuat teler, yang diminumkan ke seorang gadis bispak SMA yang kemudian digilir 11 orang. Dan mereka ngobrol layaknya perkara lakang ini bukanlah hal memalukan. Layaknya saya yang tengah ngobrol sama teman-teman tentang iklan (iklan psikoterapi tentang bagaimana mengobati Dirga dari sindrom homonya).

Sebelum mereka pergi, saya memilih pergi duluan. Sambil berjalan keluar warung itu, saya cuma memikirkan satu hal:
moga-moga anak saya besok nggak kayak gitu.

1 comment:

  1. wah paragraph akhirnya ra penak, jenenge dirga homo dicatut. haha. :P

    ReplyDelete