Friday, 3 February 2012

22, single, and awesome!

Wow, lama nggak nulis nih. So what :p

Kemarin saya baru saja menginjak umur baru. 22 tahun. Umur yang buat banyak orang cukup riskan, mungkin. Umur yang mengejar orang-orang untuk segera melaksanakan goal-goal mereka. Lulus, punya pacar, cari kerjaan, terus nikah, dan selanjutnya, dan selanjutnya. Semester kemarin satu teman seangkatan saya sudah lulus dan Februari nanti wisuda. Kuliah cuma 3,4 tahun men, bayangin! Tiba-tiba kampus penuh dengan anak-anak baru yang saya nggak kenal. Teman main mulai hilang satu-persatu. Banyak yang sudah memulai kesibukan mereka dengan sang kekasih baru-skripsi. Dan hei, tiba-tiba saja beberapa tahun lagi teman-teman saya akan mengirimkan undangan nikahan mereka sementara saya (mungkin) masih single. Waktu rasanya terbang..

Tapi saya ga terlalu peduli dengan semua itu. Ada dua alasan yang mendasari pikiran saya. Pertama, buat saya yang penting hidup itu fokus sama tujuan, bukan rencana. Kalau tujuan perjalanan kita ke Inggris, kita bisa milih naek pesawat, kapal, mobil, atau meroda kesana. Tapi kalau kita ribet mikirin rencana kita naik pesawat dan ternyata semua pilot tiba-tiba mogok terbang karena ada migrasi naga besar-besaran, bingung kan? Saat tau kalau teman-teman saya sudah memulai skripsi, pengen cepet lulus supaya bisa segera nikah, saya cuma bisa ngomong, "itu nggak segampang yang kamu pikirin". Lulus itu yang penting pasti, bukan cepet atau nggak. Saya pribadi sih nggak mau nambah-nambahin angka pengangguran di Indonesia setelah saya lulus. Makanya saya selalu meracuni pikiran junior-junior saya untuk tidak buru-buru lulus. Kumpulin pengalaman, koneksi, fame and glory sebanyak-banyaknya sebelum kamu lulus. Ibaratnya menyiapkan segala peralatan sebelum kamu masuk ke hutan, sendirian. Karena kenyataannya seperti itu, lulus kuliah dan masuk ke dunia nyata itu bagaikan masuk ke hutan. Kamu ga siap, kamu bakal ditelan sama hutan realitas kehidupan. True Story. Saya juga belum mau mikirin nikah, karena saya nggak mau asal nikah dengan orang yang tidak tepat karena sekedar sayang-banget-sama-dia atau takut dikejar umur. Jadian dan nikah itu perkara gampang, cocok itu yang sulit. I want to marry the right person. That's all. 

Alasan kedua adalah masih banyak hal yang harus saya capai. Selain berbagai life achievement saya, saya merasa perlu menjadi figur seperti Awe, senior saya, bagi junior-junior saya. Ada dua orang yang selalu saya kejar punggungnya, dan Awe adalah orang kedua dari daftar itu. Walaupun secara personal saya cuma sekedar teman sesekali-ngobrol dan mroyek buat Awe, tapi buat saya dia adalah figur senior ideal buat saya. Wajah pas-pasan kayak persilangan Jar-Jar Binks memakai kacamata Harry Potter, tapi otak encer, prestasi nendang, dan (pernah) punya pacar seorang gadis yang diidolakan berbagai angkatan. How cool is that? Tapi yang lebih keren dari Awe adalah dia selalu melibatkan orang-orang di sekitarnya untuk meraih sesuatu  (kecuali masalah lomba yang ada duitnya, mesti disimpen sendiri) dan memberi inspirasi buat mereka. Itulah figur senior ideal buat saya, yang pergi dengan meninggalkan kenangan oke dan inspirasi buat junior-juniornya, bukan sekedar lulus dan hilang begitu saja.
Orang kedua yang selalu saya kejar adalah orang yang sangat saya benci sekaligus sangat saya sayangi. Bapak saya sendiri. Beberapa hari yang lalu bapak memberi banyak ceramah hidup buat saya, dan seperti biasa saya selalu diam saja. Saya selalu benci bagian itu. Tapi kata David Granger "Sooner or later, every man looks in the mirror and sees his father." Ayah akan selalu memberi contoh buat anak laki-lakinya yang secara tidak sadar akan menciptakan jarak diantara mereka. Anak laki-laki itu memang dasarnya akan hidup dengan mengambil jarak dan membenci sang ayah. Semua ekspektasi yang bapak saya sampaikan selalu saya acuhkan, karena saya selalu ingin membuat beliau terkesan dengan cara saya sendiri. Saya masih belum pengen lulus karena masih ada banyak hal yang belum saya capai untuk dibuktikan ke bapak saya, dan akhirnya beberapa bulan ini saya menyadari kalau semua yang saya lakukan itu untuk membuat beliau terkesan. Dan saya semakin mirip seperti bapak saya. 

Umur 22 saya dimulai dengan cukup baik. Saya berhasil menangkap 2 pokemon legendaris, dapet 2 telur pokemon, dapet kerjaan dengan bayaran lumayan, ucapan selamat dan kejutan yang lumayan tai kuda dari teman-teman saya. Walaupun jomblo dan mantan terakhir saya lupa kalau saya ulang tahun (karma mungkin), toh itu bukan masalah besar. Senang rasanya mengetahui ilmu percintaan saya belum luntur hahaha
Dan... bagian terbaiknya adalah saya menyadari bahwa saya tidak perlu terburu-buru merencanakan dan membatasi rutinitas hidup saya dengan pekerjaan, bahkan pernikahan, karena saya punya banyak tujuan dan life achievement yang harus diraih sebelum saya hidup mapan. Petualangan masih panjang bung!

1 comment:

  1. cieeee Cahya wis gede saiki :D sekali lagi selamat ulang thun dan tetap fokus dan konsisten dengan apa ug ingin kamu capai

    ReplyDelete